Cara simple dan legal mendapatkan uang gratis dari internet

Untuk mendapatkan update terbaru dari Blog ini masukan Email kamu:

Delivered by FeedBurner



Pernak-pernik Blog

Bookmark and Share

free counters

puinters BLOG

Rabu, 23 Desember 2009

Yaa Fattaahu Yaa Rozzaaqu

follow on twwiter follow on facebook
Assalamu\'alaikum wr.wb

Allah Yang Maha Membuka, Allah Juga Yang Maha Memberikan Rizki. Kita
sebutlah Nama-Nya, sesuai dengan Seruan-Nya: Walillaahil asmaa-ul
husnaa,fad'uuhu bihaa, dan bagi Allah Asmaa-ul Husnaa, maka bermohonlah
kepada-Nya dengan menyebut nama-Nya. (baca: Qs. al A'raaf [7]: 180).

Satu hari, ibu saya memanggil saya dan menyerahkan satu tulisan tangannya.
"Baca nih. Amalin. Insya Allah hidup akan berubah.".

Di tangan saya, ada secarik kertas keramat pemberian ibu saya. Ya, keramat.
Sebab yang memberikan ibu saya langsung. Bukan keramat menjadi jimat. Tapi
keramat untuk menunjukkan begitu berharganya secarik kertas itu.

Ibu saya, Hajjah Humrif'ah Binti Hajjah Rofi'ah Binti KH. Muhammad Mansur
Bin KH. Abdul Hamid, demikian saya tulis nama lengkapnya untuk menghormati
diri beliau, menghadiahkan tulisan ini kepada saya. Tulisan yang berisi
sebuah doa:

Awloohumma yaa Fattaahu yaa Rozzaaqu, wahai Allah Yang Maha Membuka, wahai
Allah Yang Maha Memberikan Rizki. Hawwil haalanaa ilaa ahsanil haal, ubahlah
keadaan kami kepada keadaan yang lebih baik lagi.

Begitu kertas itu berisi.

Dahsyat sekali isi kertas tersebut. Saya yang butuh perubahan, saat itu dan
hingga kapanpun, tentu sangat membutuhkan amalan zikir ini. Apalagi zikir
ini dari ibu sendiri. Subhaanallaah. Saya tentunya dapat dua keutamaan;
Keutamaan pertama adalah menurut perintah dan permintaan ibu. Keutamaan
kedua adalah berkumpulnya keutamaan doa, zikir, dan membaca Asmaa-ul Husnaa.
Apalagi sungguh, saat itu, saat diberikannya "tugas" itu, saya betul-betul
sedang membutuhkan suatu perubahan. Tak sanggup rasanya mengubah diri
sendiri tanpa bantuan Allah. Tak 'kan pernah sanggup. Masalah saya melebihi
gunung rasanya. Masalah saya lebih dalam dari lautan rasanya. Dan masalah
saya terasa seperti batu karang yang ga 'kan pernah bisa saya tembus. Jadi,
saya sangat bergembira mendapat amalan ini.

Saya amalkan dengan riang.

Saya tanya ibu saya, berapa kali. Baca aja sebanyak-banyaknya. Dan karena
baca sebanyak-banyaknya ini menjadi tidak jelas, lalu saya mengarantina diri
ini dengan membacanya sekian-sekian. Dan waktunya pun saya tentukan sendiri.
Saban habis shalat.

Jika ditanya dalil nash al Qur'an dan al Haditsnya, secara langsung tidak
ada. Tapi biar saja. Itu kan angka yang saya wajibkan kepada diri sendiri.
Bukan suatu kewajiban yang mengada-ngada. Dosisnya saya sesuaikan dengan
diri saya.

Hingga kemudian mengalirlah amalan ini untuk jamaah yang satu demi satu
datang ke saya. bahkan, ketika berdiri Pesantren Daarul Qur'an, wirid ini
menjadi saya wajibkan untuk dibaca; 111x sehabis shalat, 33x, atau
sekurang-kurangnya 11x. Dipilih mana yang anak-anak santri dan asaatidz kuat
bacanya. Dan bacaan ini pun dijadikan bacaan Riyadhah wajib buat
mereka-mereka yang mengikuti Riyadhah 40 hari.

Alhamdulillah. Seingat saya ketika saya membaca, saya memvisualkan keyakinan
saya akan satu keyakinan bahwa Allah akan benar-benar mengubah nasib saya.

Saya mengingat, satu hari saya pulang ke rumah. Saya yang banyak hutangnya,
saya yang miring betul pandangan kanan kiri terhadap diri saya, sering
merasa terhina sebab buanyak sekali kasus, pulang. Sampe depan rumah, saya
buka helm yang menutupi wajah dan kepala. Saya buka juga slayer. Di depan
pintu rumah, masih di atas motor, saya mencium wangi kuah bakso.

"Bang, bakso.", begitu saya berteriak ke tukang bakso dari atas motor saya.

Tukang bakso ini dagang di depan rumah saya sedari saya kecil. Dan setahu
saya, baik nenek saya, ibu saya, maupun orang-orang tua saya yang lain,
tidak pernah mengutip bayaran atas dipakenya tanah halaman rumah kami untuk
dia dagang. Ga pake nyewa. Yang istilahnya, kalopun saya minta, masihlah
wajar. Eh tiba-tiba dia menengok serius, dan ngomong begini: "Bayar ga.?".
Serius banget mukanya. Saya ingat betul. Sampe sekarang, he he he.

Saat itu saya sensitif sekali. Hati saya hancur. Tukang bakso depan rumah
saja ga percaya kalo saya bakalan bayar. Dia mengenal reputasi saya sebagai
"orang yang berhutang" dan ga bakal bayar.

Saya butuh amalan yang disampaikan ibu saya. Saya butuh sekali. Supaya Allah
mengubah hidup saya. Dari berhutang, menjadi tidak berhutang. Dan saya
berharap, ada keridhaan ibu saya ketika saya mengamalkan wirid yang
demikian. Amin.

Alhamdulillah. Maka, kepada saudara-saudara semua yang butuh perubahan,
butuh aliran rizki tak terduga dari Allah. Perubahan apa saja, dan rizki apa
saja, silahkan dawamkan (biasakan) baca wirid ini. Dan dalam kerangka
membiasakan, hendaknya pakailah target bacanya sekian sekian. Bila ada yang
tanya, wuah, koq pake dibaca sekian sekian sih? Ga ada tuntunannya tuh. Biar
saja. Ga usah didengar. Mereka tidak merasakan yang kita rasakan. Kita perlu
latihan, hingga kemudian pembiasaan wirid ini mendarah daging, dan menyatu
dengan darah kita. Sampe kemudian kita pun berkenan membacanya di luar
shalat, bahkan kelak sampe ke pembacaan zikir secara amaliyah (keyakinan,
perbuatan) dan sir (hati).

Hendaknya juga sesiapa yang berkenan mengamalkan ini, bacalah sesudahnya
membaca wirid yang dianjurkan Rasulullaah saw sehabis shalat.


Saudara-saudaraku yang punya tulisan dan pengalaman tentang Asmaa-ul Husnaa,
bersedia membaginya? Kirim ya via Facebook, imel adminwhonline@gmail.com
atau ke yusufmansur_wh@yahoo.com. Jazaakallaah. Ditunggu partisipasinya.

Wassalamu'alaikum wr.wb


-----Original Message-----
From: adminwhonline@gmail.com [mailto:adminwhonline@gmail.com]
Sent: Tuesday, December 22, 2009 6:07 PM
To: paryono.admlg@gmail.com
Subject: Yaa Fattaahu Yaa Rozzaaqu

Related Posts by Categories



0 komentar:

Posting Komentar